Wukuf Di Arafah Kunci Ibadah Haji Wukuf Di Arafah Kunci Ibadah Haji

Friday, October 26, 2012

Wukuf Di Arafah Kunci Ibadah Haji

. Friday, October 26, 2012

Tidak sah haji seseorang jika dia tidak melaksanakan ibadah wukuf di Padang Arafah. Itulah pesan utama dari sabda Nabi Muhammad SAW ‘Alhajju Arafah’ (Haji itu adalah wukuf di Padang Arafah). Hadits ini mempunyai makna tegas bahwa sahnya haji seseorang sangat terbantung dari ibadah wukuf. Begitu pentingnya ibadah ini sampai tidak ada dam (denda) pengganti sebagaimana jika seorang jamaah meninggalkan rukun dan wajib haji lainnya. Karena itu tak heran jika pada saat wukuf seseorang akan dipaksa hadir walau dalam keadaan sakit sekalipun.


Wuquf di Padang Arafah merupakan rangkaian ibadah haji utama yang wajib dilakukan oleh seorang jamaah. Sebab wukuf merupakan inti dari semua rangkaian ibadah-ibadah haji lainnya. Wuquf atau berdiam diri untuk dzikir dan istigfar serta instropeksi atas semua nikmat yang telah diberikan Allah dan dipergunakan untuk apa saja nikmat itu, nikmat yang saya maksud bisa berupa nikmat umur, sehat dan harta benda.

Wuquf berasal dari bahasa Arab yang merupakan bentuk mashdar ghairu mim dalam wazan tsulasi mujarrad. Kata wukuf berasal dari kata waqofa yaqifu waqfan. Dalam bahasa Indonesia kata wuquf diterjemahkan berhenti. Sementara dalam istilah ibadah haji, kata wukuf bermakna berhenti di areal padang Arafah untuk berzikir, beristigfar, berdoa, dan memperbanyak pujian atas Allah SWT.

Begitu pentingnya ibadah wukuf itu, seorang jamaah tidak dapat melaksanakan wukuf walau sejenak tidak sah ibadah hajinya. Mengenai waktu Wukuf sendiri, ada beberapa pendapat dari para ulama madhab. Imam Syafi’i yang merupakan tokoh yang banyak diikuti umat Islam Indonesia hasil ijtihadnya berpendapat bahwa pelaksanaan wuquf dimulai dari tergelincirnya matahari (zawal al-syams) pada tanggal 9 sampai terbit fajar tanggal 10 Dzulhijjah. Sementara Imam Hambali berpendapat, wuquf di Arafah bisa dihitung mulai dari terbitnya fajar shadiq pada tanggal 9 dzulhijjah sampai terbit fajar esok harinya (10 Dzulhijjah).

Namun jumhur ulama memperbolehkan pelaksanaan wukuf sejak zawal asyams (waktu dhuhur) sampai ghurub (tengelamnya matahari) pada tanggal 9 dzulhijjah. Dengan pendapat ini kebanyakan umat Islam dari berbagai penjuru dunia berbondong-bondong mendatangi padang Arafah sejak malam 9 dzulhijjah sampai pagi hari. Sebab pada tanggal 9 dzulhijjah sehabis dhuhur mereka harus memulai ibadah wukuf dengan dizir, istighfar dan berdoa. Karena demikianlah yang dipraktekkan oleh rasulullah dalam haji wada’nya.

Intinya, tidak ada seorang jamaah haji pun yang bisa meninggalkan pelaksanaan wuquf di Arafah. Mereka yang sakit dan berbaring pun tetap dilakukan safari wukuf, yakni safari yang hanya untuk memperjalankan mereka yang sakit ke padang Arafah dengan ambulance dan berbagai transpotasi kesehatan lainnnya. Untuk tahun-tahun terakhirn ini, jamaah yang berwukuf mencapai sekitar 3 juta jamaah lebih. Mereka berkumpul di padang luas di sebelah timur luar kota Mekkah, Arab Saudi dengan membuat tenda- tenda sementara.

Untuk memudahkan pengaturan pergerakan jamaah, Pemerintah Arab Saudi membagi beberapa pos untuk dijadikan lokasi wukuf oleh beberapa jamaah dari berbagai negara. Dalam konteks ibadah, wukuf di Padang Arafah mencerminkan puncak penyempurnaan haji. Sementara dalam konteks sosial, wukuf di Padang Arafah adalah bentuk nyata pengabdian kemanusiaan dan penghambaan kepada Allah secara nyata. Sebab, dalam suasasa wukuf itulah, kita dilarang menyakiti sesama, bahkan membunuh mahluk Allah yang lain seperti nyamuk kalaupun kita digigitnya. Sementara dalam konteks ibadah, kita diminta memperbanyak istigfar dan zikir serta berdoa agar kita dijadikan hambanya yang sholeh dan khusnul khotimah.

Karena itulah, bukan suatu kebetulan ketika Allah membuat skenario Rasulullah menyampaikan khutbahnya yang terakhir yang terkenal dengan nama khutbah wada atau khutbah perpisahan pada saat wukuf di Padang Arafah di hajinya yang pertama dan terakhir atau yang sering disebut haji wada’. Sebab tak lama setelah menyampaikan khutbah itu beliau wafat untuk menghadap Allah SWT. Di saat itulah, ayat Al-Quran, surat al-Maaidah ayat 3 yang menjelaskan soal telah sempurnanya ajaran Allah lewat Nabinya Muhammad SAW diturunkan. Firman Allah SWT itu berbunyi : ..Pada hari ini telah Ku-sempurnakan untuk kamu agamamu dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku dan telah Ku-ridhai Islam itu menjadi agama bagimu. (Al-Maaidah:3)

Arafah dan Padang Makhsyar
Banyak riwayat menjelaskan bahwa Padang Arafah merupakan gambaran padang Mahsyar sebagaimana dijelaskan dalam beberapa riwayat para sahabat. Padang Makhsyar merupakan tempat semua makhluk manusia akan dikumpulkan untuk dilakukan hisab (perhitungan amal) sebelum mereka diputuskan apakah akan masuk surga atau neraka. Di Padang Makhsyar itulah, tidak ada kebohongan yang bisa disembunyikan sebagaimana saat kita masih hidup di dunia yang fana ini.

Ibadah wukuf selain untuk mengikuti sunnah rasul, juga untuk mengingatkan kita bahwa pada tahap tertentu kita akan dikumpulkan lagi sebagaimana saat wukuf dilakukan. Bedanya, kalau saat wukuf jamaah haji bisa mengunakan tenda untuk memayungi terik matahari, sementara saat di padang Makhsyar, kita tidak bisa lagi berteduh kecuali kepada amal kita selama di dunia ini. Karena itulah, bagi orang mau mengunakan akal dan hatinya, ibadah wukuf di Arafah akan memberi arti dan nuansa akhirat dengan Mahsyarnya. Untuk itu, kita diminta banyak merenung saat beribadah sambil berzikir dan beristigfar sekaligus. Kita berefleksi dan mengevaluasi diri guna bersiap-siap memasuki padang Makhsyar sejati.

Karena itu, saat wukuf kita disunnahkan memperbanyak membaca doa, zikir, istighfar dan membaca Al-Quran dengan khusuk dan menghadap kiblat. Ketika berdoa hendaklah melakukannya dengan khusyu dan khuduk dengan harapan Allah mengampuni dosa-dosa kita agar kita bisa menjadi hamba-hamba yang diridloi sehingga setelah berhaji bisa seperti bayi yang baru lahir status dosanya. Sebagaimana sabda Rasulullah Alhajju Mabrur, laisa lahuljaza illaljannah. Selain membaca doa, dan istigfar, kita juga disunnahkan memperbanyak bacaan Laa ilaha illallaah wahdahu laa syarikalah, lahul mulku walahulhamd,yuhyimiit, wahua hayyun layamuutu biyadihil khair,wahua alaa kuli syaiin qadiir

Artinya : Ya Allah tiada tuhan selain Allah yang tiada sekutu bagi-Nya,bagi-Nya segala kerajaan dan segala puji.Dia yang menghidupkan dan mematikan. Ia hidup tidak mati. Di tangan-Nya segala kebaikan dan Dia Maha kuasa. Amalan ini didasarkan kepada hadist Nabi yang mengatakan : Sebaik-baiknya doa pada hari Arafah, dan sebaik-baiknya yang kubaca dan dibacanya juga oleh nabi-nabi sebelumku, yaitu : Laa ilaha illallaah wahdahu laa syarikalah, lahul mulku walahulhamd, yuhyimiit, wahua hayyun layamuutu biyadihil khair, wahua alaa kuli syaiin qadiir. (Hadis Riwayat : Tirmidzi).

Evaluasi dan Instropeksi Diri

Setelah menyelesaikan rukun dan sunnah wukuf, termasuk mendengarkan khutbah wukuf oleh amirulhaj masing-masing negara, masing-masing jamaah dipersilahkan untuk mengkondisikan dirinya berkonsentrasi kepada Allah, melakukan perenungan atas dirinya, apa yang telah dilakukan selama hidupnya, merenungi kebesaran Allah melalui Asmaul Husna-Nya, merenungi hari akhirat. 

catatan dosa-dosa yang telah kita lakukan akan muncul satu-persatu sebagaimana kita melihat film besar sejarah kemanusiaan jika kita serius dan khusyuk dalam melakukan wukuf. Saat seperti itulah, kita akan ingat satu persatu dosa-dosa yang pernah kita lakukan. Saat itu pula, kita akan sadar betapa waktu kita selama ini telah habis terbuang sia-sia karena lebih banyak digunakan untuk memperindah kehidupan dunia ketimbang mempersiapkan bekal di Akherat. Pengakuan yang jujur dan ikhlas, tanpa rasa sombong dan takabur, di hadapan Allah adalah puncak ibadah wukuf yang juga merupakan inti dari ibadah haji itu sendiri. Intinya, wukuf adalah satu cara untuk mendefinisikan hakikat keberadaan manusia dihadapan Allah, sekalipun sebenarnya Allah telah mengetahui semuanya.

Jika kita sadar akan makna dan hakikat ibadah wukuf ini, kita akan teringat pada sabda Rasulullah dalam hadits qudsinya yang artinya : Lihatlah kepada hamba-Ku di Arafah yang lesu dan berdebu. Mereka datang kesini dari penjuru dunia. Mereka datang memohon rahmat-Ku sekalipun mereka tidak melihatku. Mereka minta perlindungan dari azab-Ku, sekalipun mereka tidak melihat Aku

Pada saat itulah, bagi para pecinta Allah dan orang-orang yang hatinya lembut, dengan memandang langit Arafah sambil merenungi bahwa pada hari yang mulia itu Allah SWT sedang memanggil para malaikatnya berkumpul di langit Arafah, untuk menyaksikan hamda Allah yang khusyu dan khuduk meminta pengampunan sampai menangis dan bercucuran airmata meminta ridlo Allah. Karena itulah Allah membangga-banggakan hamdanya itu di hadapan para malaikatnya di langit yang memang tidak pernah bermaksiat kepadaNya.

Pada kesempatan itu, Allah begitu nyata karena terasa begitu dekat dengan para jamaah haji yang sedang berwukuf di Arafah. Allah akan mendengarkan semua ungkapan dan keluhan hati mereka, menatap wajah mereka dari dekat sebagaimana sabda Nabi Muhammad saw bersabda : . . .Ia (Allah) mendekat kepada orang-orang yang di Arafah.

Dengan bangga Ia bertanya kepada para malaikat, Apa yang diinginkan oleh orang-orang yang sedang wukuf itu ? Sebagaimana janjiNya sesungguhnya Allah meha penerima taubat dan maha pengampun, pada hari itu, Allah senang sekali jika hambanya yang berlumur dosan berdoa kepada-Nya. Ia mengabulkan semua doa hambanya yang sedang wukuf dan sedang berpuasa arafah bagi yang tidak berhaji. Nabi Muhammad SAW bersabda Yang paling besar dosanya diantara manusia adalah seseorang yang berwukuf di Arafah lalu berprasangka bahwa Allah tidak memberinya ampun (Al Khatib dalam kitab Al-Muttafaq). Hadits ini untuk mengaransi bahwa semua doa hamba Allah yang tulus dan khusyu dengan raja’ pasti akan mendapatkan pengabulan dari Allah.

Demikian agung dan mulianya hari Arafah ini, meski wukuf hanya beberapa jam saja. Sungguh sangat penting momentum saat di Arafah, karena itulah, perbanyaklah berdoa dan beristigfar karena apa yang kita lakukan disaksikan dari dekat oleh Allah SWT dan dibangga-banggakan-Nya di depan para malaikatnya.

Dalam satu riwayat dijelaskan bahwa setelah menjelang selesainya masa wukuf Allah mengatakan pada para malaikatnya, Hai malaikat-Ku ! Apa balasan (bagi) hamba-Ku ini, ia bertasbih kepada-Ku, ia bertahlil kepada-Ku, ia bertakbir kepada-Ku, ia mengagungkan-Ku, ia mengenali-Ku, ia memuji-Ku, ia bershalawat kepada nabi-Ku. Wahai para malaikat-Ku ! Saksikanlah, bahwasanya Aku telah mengampuninya, Aku memberi syafaat (bantuan) kepadanya. Jika hambaku memintanya tentu akan Kuberikan untuk semua yang wukuf di Arafah ini. (Wallahu A’lam).


sumber disini

1 komentar :

Anonymous said...

Makasih :)) b-(

:)) ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} :)] ~x( :-t b-( :-L x( =))

Post a Comment

Terimakasih banyak atas kunjungannya