Angan-angan jadi kaya Angan-angan jadi kaya

Monday, February 8, 2010

Angan-angan jadi kaya

. Monday, February 8, 2010

“Belanda mati karena pangkatnya, Indonesia mati karena angan-angan” inilah kalimat yang pernah saya dengar dari ceramah almarhum Buya Hamka. Rakyat kita hidup dengan suguhan angan-angan. Suguhan angan-angan datangnya silih berganti dan tidak mengenal waktu.

Rakyat Indonesia yang plural, didalamnya hidup berkelompok. Ada kelompok kaya raya, ada kelompok politisi, ada kelompok selebriti, ada kelompok terdidik, ada kelompok pas-pasan, ada kelompok miskin dan “sejuta” lagi kelompok yang tidak saya sebut satu persatu.

Menjadi kaya memang nyaris menjadi kiblat semua kelompok. Tak pusing apakah kekayaan itu didapat secara tidak halal. Yang penting kaya dulu. Karena kaya status social jadi berubah. Dengan kaya kita bisa membeli apa saja yang kita inginkan.

Bagi sebagian orang mungkin tidak pusing dengan ajakan instant untuk menjadi kaya. Tapi sebagian lagi rakyat kita dengan mudah untuk tergoda menjadi kaya dengan cara instant.

Ajakan instant untuk menjadi kaya dapat di jumpai dimana-mana. Di televisi, di koran bahkan bisa jadi di kompasiana ini.

Saya coba cerita yang dialami oleh teman saya. Karena merasa tertarik dengan janji yang dilihatnya, maka teman saya memutuskan untuk melakukan registrasi dalam format sms yang ditayangkan oleh televisi.

Yang menarik lagi ádalah pembawa acaranya cantik dan bahenol. Tambah lagi dengan pakaian minim dan menggoda birahi. Teman saya terus tergoda dengan ajakan pembawa acara “ketik REG spasi xxxx kirim xxxx”

“dapatkan hadiah jutaan rupiah dengan mudah caranya cukup “ketik REG spasi xxxx kirim xxxx” kalimat dengan nada menggoda terus dan terus berlangsung di layar kaca.

Pulsa habis hadiah tak kunjung datang. Inilah yang dirasakan oleh sahabat saya. Bahkan berkali-kali harus melakukan isi pulsa dan terus mengiririm SMS, sekali lagi hadiah tak kunjung datang.

Aneh memang bangsa kita, membiarkan praktek ini bergentayangan mendidik rakyat yang sudah miskin akan menjadi hancur. Tengok lah acara televisi menjelang tengah malam. Sejumlah stasiun televisi hadir dengan program acara ini.

Yang tidak terpengaruh dengan iklan ini tentu dengan alasan dan logika yang bisa diterima akal sehat. Tapi berapa banyak rakyat menengah kebawah tergiur dan tergoda dengan iklan tayangan seperti itu. Hanya dengan mengirim SMS hadiah jutaan menanti.

Hadiah tak kunjung datang, pengelola acara makin kaya dengan mengumpulkan uang dari rakyat jelata yang sudah parah. Bagaimana cara untuk mendapatkan uang mengisi ulang pulsa? Bisa jadi sebagian rakyat harus mencari tambahan uang dengan jalan kekerasan atau bahkan mungkin dengan cara perampokan.

Kita terlalu lama dijajah dengan bangsa kita sendiri. Kita diajar terus menerus untuk meraih kekayaan dengan cara instan dari orang-orang yang lebih pintar. Mestinya orang pintar membantu rakyat yang bodoh menjadi pintar juga.

Untuk meyakinkan pemirsa atau peminat, biasanya dalam tayangan juga tercantum Izin penyelenggaraan dari DEPSOS. Wow… berapa banyak kontribusi dari pariwara ini untuk bangsa ini melalui DEPSOS? Lalu bandingkan juga berapa banyak yang diperkaya oleh pengelola dengan acara itu?

Akhirnya saya ingin menyampaikan isi hati saya paling dalam kepada DEPSOS untuk tidak lagi memberikan ijin penyelenggarakan seperti itu, coba lakukan evaluasi dampak yang dihadapi oleh masyaarakat. Iklan seperti itu hanya mendidik rakyat agar tetap menjadi bodoh.

Oh angan-angan jadi kaya secara instant, malah jadi buntung. Sialan kodong !!

0 komentar :

:)) ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} :)] ~x( :-t b-( :-L x( =))

Post a Comment

Terimakasih banyak atas kunjungannya