Tulisan ini sudah pernah saya muat di kompasiana dan di blog ini. Tapi untuk mengenang kembali sejarah perjalanan haji saya, saya ingin kembali untuk memuat di blog saya ini. Semoga pembaca dapat menarik hikmah dari tulisan ini.
Mohon maaf saya sampaikan kalau sudah pernah membacara cerita ini sebelumnya. silakan di lewati saja. Selain itu, saya juga bermaksud untuk memuat kembali tulisan ini dalam rangka menyambut Idul Adha 1435H tahun haji 2014.
Postingan saya kali untuk berbagi pengamalan. Pengalaman ringan dan tak
masuk akal. Tapi kenyataan itulah yang saya alami ketika masih bermukim di kota
Merauke – Papua.
Ketika itu saya telah beristri dan memiliki dua orang anak. Saya
tinggal didaerah mayoritas non muslim. Tetangga disebelah kiri dan kanan juga bukan muslim. Kehidupan saya juga
terbilang tidak stabil. Kami hidup jauh dari kehidupan kedua orang tua. Baik
orang tua saya maupun kedua orang tua istri saya. Kehidupan dalam keluarga
pas-pasan. Bahkan dibawah pas-pasan.
Ketidak stabilan hidup saya disebabkan karaktek lingkungan yang membentuknya.
Kehidupan pas-pasan juga tergantung tanggal. Tanggal muda adalah waktu terima
dan menghabiskan gaji. Ketika sudah pertengahan bulan sampai akhir bulan, maka
disitulah letak kehidupan dengan status dibawa pas-pasan.
Saya nakal. Suka melakukan dosa. Mabuk, Judi, adalah ilustrasi bagian dari
rutinitas saya sehari-hari. Tapi satu hal yang paling saya tidak suka adalah
perempuan. Saya tidak mampu untuk yang satu ini. Saya selalu menghargai ibu
saya sebagai seorang perempuan.
Urusan sehari-hari sebagai kewajiban seorang muslim tidak mulus. Ketika
tiba titik normal dalam hidup saya, saya menangis dan berontak dalam hati. Masih
kah ada Tuhan memafaakan segala dosa dan perbuatan maksiatku?
Pada satu titik normal yang saya rasakan luar biasa. Saat itu memang dalam bulan puasa. Saya tidak tahu kenapa malam itu saya
tidak bisa tidur. Saya pun menghabiskan waktu di depan televisi. Seluruh chanel
dari siaran parabola sudah saya telusuri.
Ketika itu, waktu merauke menujukkan pukul 02.30 wit. Saya terpaku duduk
bersimpuh di depan layar kaca menyaksikan siaran langsung sholat taraweh dari
masjidil haram yang disiarkan salah satu televisi luar negeri.
Hatiku bergetar melihat Kabah. Bersamaan itu juga saya mengikuti bacaaan
imam yang saya bisa ikuti. Alfatiha adalah surah yang saya ikuti ketika imam
masjidil haram membacanya. Saya tak kuasa mengucapkan surah itu. Yang ada cuma air mata dan kata-kata dari
bibirku yang gemetar ”Allahu Akbar” ya Allah. Inilah puncak getaran dalam hatiku
yang paling dalam.
Ditengah tangis yang tulus, terucap dari bibirku ”Allahu Akbar, Ya Allah
kapan saya mengunjungi KabahMu”, ”Allahu Akbar, Ya Allah ampuni saya dan berikan
rejekimu mendatangi KabahMu” dua kalimat itulah yang terus berulang kali saya
ucap sambil melihat layar kaca yang disertai dengan linangan air mata.
Luluh lantah. Lunglai menggorogoti sekujur tubuhku. Lemas, pasrah dan
sejuta kegundahan. Allah Maha Besar pemilik Alam raya ini dan segala isinya.
Ditengah kegundahan malam itu, terbetik niat tulus dari dalam hatiku yang
paling dalam, ”Ya Allah mudahkan jalanku untuk menuju KabahMu. Allahu Akbar”
Malam itu juga lahirlah tekad saya dalam satu niat untuk membuka tabungan
agar bisa menunaikan ibada haji kapan saja Allah ridhoi.
Malam itu seluruh aktivitas saya di depan layar kaca, saya ”bungkus”
rapat-rapat dan tidak menceritakan kepada siapa-siapa. Termasuk istri. Dan
hingga saat ini istripun tidak tahu.
Keesokan harinya saya buka tabungan khusus sebagai awal upaya untuk
membiayai ONH. Saldo awal yang saya setor Cuma 250 ribu. Dalam benak saya
kapanpun cukupnya baru saya melakukan ibadah haji.
Hari berjalan, bulan berjalan, saldo tabungan saya tidak bertambah. Untuk
membuat hati saya tetap semangat menuaikan ibada haji, saya mencoba mendirikan
sholat tahajjud. Sholat tahajud saya lakukan tiap malam. Awalnya memang berat.
Tapi seminggu kemudian terasa ada yang membangunkan setiap pukul 01.00
dinihari.
Shalat tahajjud saya lakukan cuma dua rakaat. Bacaannyapun cuma Alfatiha, al-kaafiruun
untuk rakaat pertama. Alfatiha, al-ikhlash bacaan rakaat kedua. Lalu doa. Doa
yang saya sampaikan cuma satu, ”Ya Allah berikanlah rejekimu dan mudahkanlah
hambamu mengjunjungi kabahMu, Amin” Doa ini saya sampaikan kepada Tuhan
pencipta alam semesta dalam bahasa indonesia. Shalat tahajjudku tanpa diakhiri
dengan dengan sholat witir.
Doa ini saya ulang setiap habis sholat tahajjud. Dari perkiraan perhitungan
waktu, sholat tahajjudku sudah tujuh hari secara berturut-turut berlangsung.
Saya tidak berhenti sampai disitu. Sholat tahajjud dan doa saya lakukan hingga
tak terasa sudah memasuki tiga bulan.
Pada bulan keempat, harinya saya lupa persis, tapi kala itu adalah waktu kerja.
Waktu kerja di kantor saya adalah 5 hari seminggu, sabtu dan minggu adalah hari
libur. Ketika saya pulang dari kantor sekitar pukul 17.30 waktu merauke, saya
kaget ada catatan dekat telepon.
”apa ini?” tanya saya kepada istri
”tidak tahu, tadi ada yang telepon dari makasar suruh siapkan bulpen,
kertas dan saya disuruh mencatat” ungkap istri saya.
Catatan yang dibuat istri saya dekat telepon itu bertuliskan pas photo 4x6,
3x4 dan sebagainya dalam jumlah yang banyak untuk disiapkan.
Makasar adalah tempat kantor pusat saya bekerja. Karena penasaran dengan
catatan itu, saya bermaksud menanyakan keesokan harinya kepada bagian SDM
ditempat saya bekerja. Malam itu saya lagi-lagi melakukan sholat tahajjud
dengan doa seperti diatas.
Keesokan harinya sebelum memulai
aktivitas di kantor, saya mencoba menemui kepala bagian SDM di tempat saya
bekerja.
”pak, saya mau tanya sesuatu apakah ada waktu” kataku
”boleh, silakan apa yang ingin ditanyakan” jawab kabag SDM
”ini ada catatan yang dibuat istri saya, katanya dari kantor pusat di
makassar” sambil saya menunjukkan catatan yang berisi pas photo dengan berbagai
ukuran dan jumlah eksplar yang diminta.
Tak ada kata jawaban dari kabag SDM saya, tapi dia langsung mengulurkan
tangan dengan tawaran salam jabatan tangan. Kami pun berjabat tangan. Saat
berjabat tangan kabag SDM saya menatap mata saya dengan raut wajah yang cerah
sembil berucap
”selamat, anda mendapat penghargaan haji dari perusahaan”
”Allahu Akbar... Allahu Akbar...Allahu Akbar” teriakku keras dengan gelinangan
air mata. Saya langsung sujud syukur dihadapan kabag SDM, dalam sujud syukur
saya pun menyampaikan ungkapan syukur hingga lantai basah dengan genangan air
mataku.
Sungguh luar biasa. Sungguh terharu. Bermodalkan sholat tahajjud yang
ikhlas dan doa yang lugu, saya dan istri
telah diberi nikmat untuk bisa menunaikan ibadah haji. Seluruh biaya dan
fasilitas selama menunaikan ibadah haji diberikan oleh perusahaan.
Terima kasih ya Allah, Engkau Maha Mengetahui.
0 komentar :
Post a Comment
Terimakasih banyak atas kunjungannya