MUQADDIMAH
اَلْحَمْدُ لِلّهِ
رَبِّ الْعَالَمِيْنَ وَالصَّلاةُ وَالسَّلامُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
سَيِّدِ الْمُرْسَلِيْنَ إمَامِ المتقينَ وقائدِ المجاهدينَ وَعَلَى آلِهِ
وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ {أما بعد
Alhamdulillah, kita
memasuki bulan Muharram 1436 H, yang berarti mengawali tahun baru 1436 H dan
meninggalkan tahun 1435 H. Kita bersyukur kepada Allah Ta’ala atas kesempatan
hidup yang masih diberikan kepada kita. Semoga kita dapat melaksanakan
risalah ibadah secara ikhlas dan benar.
Dan semoga kita serta seluruh umat
Islam di tahun ini lebih baik dari tahun yang lalu dan tahun yang akan datang
akan lebih baik lagi dari tahun ini.
KEUTAMAAN BULAN MUHARRAM
Bulan Muharram
adalah salah satu dari empat bulan haram atau bulan yang dimuliakan Allah.
Empat bulan tersebut adalah, Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram dan Rajab.
Allah Ta’ala berfirman:
إِنَّ عِدَّةَ
الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ
خَلَقَ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ
"Sesungguhnya jumlah bulan di kitabullah (Al Quran) itu
ada dua belas bulan sejak Allah menciptakan langit dan bumi, empat di
antaranya adalah bulan-bulan haram" (QS. At Taubah: 36)
Kata Muharram
artinya 'dilarang'. Sebelum datangnya ajaran Islam, bulan Muharram
sudah dikenal sebagai bulan suci dan dimuliakan oleh masyarakat Jahiliyah.
Pada bulan ini dilarang untuk melakukan hal-hal seperti peperangan dan bentuk
persengketaan lainnya. Kemudian ketika Islam datang kemuliaan bulan haram
ditetapkan dan dipertahankan sementara tradisi jahiliyah yang lain dihapuskan
termasuk kesepakatan tidak berperang.
Bulan Muharram
memiliki banyak keutamaan, sehingga bulan ini disebut bulan Allah
(syahrullah). Beribadah pada bulan haram pahalanya dilipatgandakan dan
bermaksiat di bulan ini dosanya dilipatgandakan pula. Pada bulan ini tepatnya
pada tanggal 10 Muharram Allah menyelamatkan nabi Musa as dan Bani Israil
dari kejaran Firaun. Mereka memuliakannya dengan berpuasa. Kemudian
Rasulullah saw. menetapkan puasa pada tanggal 10 Muharram sebagai kesyukuran
atas pertolongan Allah. Masyarakat Jahiliyah sebelumnya juga berpuasa. Puasa
10 Muharram tadinya hukumnya wajib, kemudian berubah menjadi sunnah setelah
turun kewajiban puasa Ramadhan. Rasulullah saw. bersabda:
عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ
رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
لَمَّا قَدِمَ الْمَدِينَةَ وَجَدَهُمْ يَصُومُونَ يَوْمًا يَعْنِي عَاشُورَاءَ
فَقَالُوا هَذَا يَوْمٌ عَظِيمٌ وَهُوَ يَوْمٌ نَجَّى اللَّهُ فِيهِ مُوسَى
وَأَغْرَقَ آلَ فِرْعَوْنَ فَصَامَ مُوسَى شُكْرًا لِلَّهِ فَقَالَ أَنَا
أَوْلَى بِمُوسَى مِنْهُمْ فَصَامَهُ وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ
Dari Ibnu Abbas ra, bahwa nabi saw. ketika datang ke Madinah,
mendapatkan orang Yahudi berpuasa satu hari, yaitu ‘Asyuraa (10 Muharram).
Mereka berkata, “ Ini adalah hari yang agung yaitu hari Allah menyelamatkan
Musa dan menenggelamkan keluarga Firaun. Maka Nabi Musa as berpuasa sebagai
bukti syukur kepada Allah. Rasul saw. berkata, “Saya lebih berhak
mengikuti Musa as. dari mereka.” Maka beliau berpuasa dan
memerintahkan (umatnya) untuk berpuasa” (HR Bukhari).
عَنْ أَبِي
هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ اللَّهِ
الْمُحَرَّمُ وَأَفْضَلُ الصَّلَاةِ بَعْدَ الْفَرِيضَةِ صَلَاةُ اللَّيْلِ
Dari Abu Hurairah ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda,
“Sebaik-baiknya puasa setelah Ramadhan adalah puasa pada bulan Allah
Muharram. Dan sebaik-baiknya ibadah setelah ibadah wajib adalah shalat
malam.” (HR Muslim)
Walaupun ada
kesamaan dalam ibadah, khususnya berpuasa, tetapi Rasulullah saw.
memerintahkan pada umatnya agar berbeda dengan apa yang dilakukan oleh
Yahudi, apalagi oleh orang-orang musyrik. Oleh karena itu beberapa hadits
menyarankan agar puasa hari 'Asyura diikuti oleh puasa satu hari sebelum atau
sesudah puasa hari 'Asyura.
Secara umum, puasa
Muharram dapat dilakukan dengan beberapa pilihan. Pertama, berpuasa tiga
hari, sehari sebelumnya dan sehari sesudahnya, yaitu puasa tanggal 9, 10 dan
11 Muharram. Kedua, berpuasa pada hari itu dan satu hari sesudah atau
sebelumnya, yaitu puasa tanggal: 9 dan 10, atau 10 dan 11. Ketiga,
puasa pada tanggal 10 saja, hal ini karena ketika Rasulullah memerintahkan
untuk puasa pada hari 'Asyura para shabat berkata: “Itu adalah hari yang
diagungkan oleh orang-orang Yahudi dan Nasrani, beliau bersabda: “Jika datang
tahun depan insya Allah kita akan berpuasa hari kesembilan, akan tetapi
beliau meninggal pada tahun tersebut." (HR. Muslim).
Landasan puasa
tanggal 11 Muharram didasarkan pada keumuman dalil keutamaan berpuasa pada
bulan Muharram. Di samping itu sebagai bentuk kehati-hatian jika terjadi
kesalahan dalam penghitungan awal Muharram.
Selain berpuasa,
umat Islam disarankan untuk banyak bersedekah dan menyediakan lebih banyak
makanan untuk keluarganya pada 10 Muharram. Tradisi ini memang tidak
disebutkan dalam hadist, namun ulama seperti Baihaqi dan Ibnu Hibban
menyatakan bahwa hal itu baik untuk dilakukan.
Demikian juga
sebagian umat Islam menjadikan bulan Muharram sebagai bulan anak yatim.
Menyantuni dan memelihara anak yatim adalah sesuatu yang sangat mulia dan
dapat dilakukan kapan saja. Dan tidak ada landasan yang kuat mengaitkan
menyayangi dan menyantuni anak yatim hanya pada bulan Muharram.
Bulan Muharram
adalah bulan pertama dalam sistem kalender Islam. Oleh karena itu salah
satu momentum yang sangat penting bagi umat Islam yaitu menjadikan
pergantian tahun baru Islam sebagai sarana umat Islam untuk muhasabah
terhadap langkah-langkah yang telah dilakukan dan rencana ke depan yang lebih
baik lagi. Momentum perubahan dan perbaikan menuju kebangkitan Islam sesuai
dengan jiwa hijrah Rasulullah saw. dan sahabatnya dari Makkah dan Madinah.
LEGENDA DAN MITOS MUHARRAM
Di samping keutamaan
bulan Muharram yang sumbernya sangat jelas, baik disebutkan dalam Al-Qur’an
dan Sunnah, tetapi banyak juga legenda dan mitos yang terjadi di
kalangan umat Islam menyangkut hari 'Asyura.
Beberapa hal yang
masih menjadi keyakinan di kalangan umat Islam adalah legenda bahwa pada hari
'Asyura Nabi Adam diciptakan, Nabi Nuh as di selamatkan dari banjir besar,
Nabi Ibrahim dilahirkan dan Allah Swt menerima taubatnya. Pada hari 'Asyura
Kiamat akan terjadi dan siapa yang mandi pada hari 'Asyura diyakini
tidak akan mudah terkena penyakit. Semua legenda itu sama sekali tidak ada
dasarnya dalam Islam. Begitu juga dengan keyakinan bahwa disunnahkan bagi
mereka untuk menyiapkan makanan khusus untuk hari 'Asyura.
Sejumlah umat Islam
mengaitkan kesucian hari 'Asyura dengan kematian cucu Nabi Muhmmad Saw,
Husain saat berperang melawan tentara Suriah. Kematian Husain memang salah
satu peristiwa tragis dalam sejarah Islam. Namun kesucian hari 'Asyura tidak
bisa dikaitkan dengan peristiwa ini dengan alasan yang sederhana bahwa kesucian
hari 'Asyura sudah ditegakkan sejak zaman Nabi Muhammad Saw jauh sebelum
kelahiran Sayidina Husain. Sebaliknya, adalah kemuliaan bagi Husain yang
kematiannya dalam pertempuran itu bersamaan dengan hari 'Asyura.
BID’AH DI BULAN MUHARRAM
Selain legenda dan
mitos yang dikait-kaitkan dengan Muharram, masih sangat banyak bid’ah yang
jauh dari ajaran Islam. Lebih tepat lagi bahwa bid’ah tersebut
merupakan warisan ajaran Hindu dan Budha yang sudah menjadi
tradisi masyarakat Jawa yang mengaku dirinya sebagai penganut aliran
kepercayaan. Mereka lebih dikenal dengan sebutan Kejawen.
Dari segi sistem
penanggalan, memang penanggalan dengan sistem peredaran bulan bukan hanya
dipakai oleh umat Islam, tetapi masyarakat Jawa juga menggunakan penanggalan
dengan sistem itu. Dan awal bulannya dinamakan Suro. Pada hari Jum’at
malam Sabtu, 1 Muharram 1428 H bertepatan dengan 1 Suro 1940. Sebenarnya
penamaan bulan Suro, diambil dari ’Asyura yang berarti 10 Muharram. Kemudian
sebutan ini menjadi nama bulan pertama bagi penanggalan Jawa.
Beberapa tradisi dan
keyakinan yang dilakukan sebagian masyarakat Jawa sudah sangat jelas bid’ah
dan syiriknya, seperti Suro diyakini sebagai bulan yang keramat, gawat
dan penuh bala. Maka diadakanlah upacara ruwatan dengan mengirim sesajen atau
tumbal kelaut. Sebagian yang lain dengan cara bersemedi mensucikan diri
bertapa di tempat-tempat sakral (di puncak gunung, tepi laut, makam, gua,
pohon tua, dan sebagainya) dan ada juga yang melakukan dengan cara lek-lekan
'berjaga hingga pagi hari' di tempat-tempat umum (tugu Yogya, Pantai
Parangkusumo, dan sebagainya). Sebagian masyarakat Jawa lainnya juga
melakukan cara sendiri yaitu mengelilingi benteng kraton sambil membisu.
Tradisi tidak
mengadakan pernikahan, khitanan dan membangun rumah. Masyarakat
berkeyakinan apabila melangsungkan acara itu maka akan membawa sial dan
malapetaka bagi diri mereka.
Melakukan ritual
ibadah tertentu di malam Suro, seperti selamatan atau syukuran, Sholat
Asyuro, membaca Do’a Asyuro (dengan keyakinan tidak akan mati pada tahun
tersebut) dan ibadah-ibadah lainnya. Semua ibadah tersebut merupakan bid’ah
(hal baru dalam agama) dan tidak pernah ada contohnya dari Rasululloh
shollallohu ‘alaihi wasallam maupun para sahabatnya. Hadist-hadits yang
menerangkan tentang Sholat Asyuro adalah palsu sebagaimana disebutkan oleh
imam Suyuthi dalam kitab al-La’ali al-Masnu’ah.
Tradisi Ngalap
Berkah dilakukan dengan mengunjungi daerah keramat atau melakukan
ritual-ritual, seperti mandi di grojogan (dengan harapan dapat membuat awet
muda), melakukan kirab kerbau bule (kiyai slamet) di kraton Kasunan Solo,
thowaf di tempat-tempat keramat, memandikan benda-benda pusaka, bergadang
semalam suntuk dan lain-lainnya. Ini semuanya merupakan kesalahan, sebab
suatu hal boleh dipercaya mempunyai berkah dan manfaat jika dilandasi oleh
dalil syar’i (Al Qur’an dan hadits) atau ada bukti bukti ilmiah yang
menunjukkannya. Semoga Alloh Ta’ala menghindarkan kita dari kesyirikan dan
kebid’ahan yang membinasakan.
Menyikapi berbagai
macam tradisi, ritual, dan amalan yang jauh dari ajaran Islam, bahkan
cenderung mengarah pada bid’ah, takahyul dan syirik, maka marilah kita
bertobat kepada Allah dan melaksanakan amalan-amalan sunnah di bulan Muharram
seperti puasa. Rasulullah saw. menjelaskan bahwa puasa pada hari
'Asyura menghapuskan dosa-dosa setahun yang telah berlalu.
عَنْ أَبِي قَتَادَةَ
الْأَنْصَارِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سُئِلَ عَن صَوْمِ يَوْمِ عَاشُورَاءَ فَقَالَ يُكَفِّرُ
السَّنَةَ الْمَاضِيَةَ
Dari Abu Qatadah ra. Rasululllah rditanya tentang puasa hari
'asyura, beliau bersabda: "Saya berharap ia bisa menghapuskan dosa-dosa
satu tahun yang telah lewat." (HR. Muslim).
Demikian bayan dari
Pusat Konsultasi Syariah Indonesia tentang keutamaan bulan Muharram, sebagai
panduan umat Islam untuk mengisi bulan Muharram. Wallahu ’alam bishawwab
|
1 komentar :
Subhanallah keutamaan bulan muharrom begitu besar.,
Post a Comment
Terimakasih banyak atas kunjungannya