"Dan pada sebahagian malam hari bersembahyang tahajudlah
kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; Mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat
kamu ke tempat yang Terpuji." (QS. Al Israa' : 79)
Postingan saya kali untuk berbagi pengamalan. Pengalaman ringan
dan tak masuk akal. Tapi kenyataan itulah yang saya alami ketika masih bermukim
di kota Merauke – Papua. Tulisan ini juga sudah pernah dimuat di kompasiana dan
juga salah satu majalah hidayah edisi Maret 2011 halaman 36
Sekarang kita sudah memasuki bulan Syawal lalu Dzulkaidah dan
Dzulhijjah dimana seluruh ummat muslim akan menunaikan ibadah haji tahun 1433
H, jadi tidak ada salahnya tulisan ini kembali saya publish di media untuk
mengenang pengalaman saya ketika menunaikan ibadah haji.
Ketika itu saya telah beristri dan memiliki dua orang anak. Saya
tinggal didaerah mayoritas non muslim. Tetangga disebelah kiri dan kanan juga
bukan muslim. Kehidupan saya juga terbilang tidak stabil. Kami hidup jauh dari
kehidupan kedua orang tua. Baik orang tua saya maupun kedua orang tua istri
saya. Kehidupan dalam keluarga pas-pasan. Bahkan dibawah pas-pasan.
Ketidak stabilan hidup saya disebabkan karaktek lingkungan yang
membentuknya. Kehidupan pas-pasan juga tergantung tanggal. Tanggal muda adalah
waktu terima dan menghabiskan gaji. Ketika sudah pertengahan bulan sampai akhir
bulan, maka disitulah letak kehidupan dengan status dibawa pas-pasan.
Saya nakal. Suka melakukan dosa. Mabuk, Judi, adalah ilustrasi
bagian dari rutinitas saya sehari-hari. Tapi satu hal yang paling saya tidak
suka adalah perempuan. Saya tidak mampu untuk yang satu ini. Saya selalu
menghargai ibu saya sebagai seorang perempuan.
Urusan sehari-hari sebagai kewajiban seorang muslim tidak mulus.
Ketika tiba titik normal dalam hidup saya, saya menangis dan berontak dalam
hati. Masih kah ada Tuhan memafaakan segala dosa dan perbuatan maksiatku?
Pada satu titik normal yang saya rasakan luar biasa. Saat itu
memang dalam bulan puasa. Saya tidak tahu kenapa malam itu saya tidak bisa
tidur. Saya pun menghabiskan waktu di depan televisi. Seluruh chanel dari
siaran parabola sudah saya telusuri.
Ketika itu, waktu merauke menujukkan pukul 02.30 wit. Saya
terpaku duduk bersimpuh di depan layar kaca menyaksikan siaran langsung sholat
taraweh dari masjidil haram yang disiarkan salah satu televisi luar negeri.
Hatiku bergetar melihat Kabah. Bersamaan itu juga saya mengikuti
bacaaan imam yang saya bisa ikuti. Alfatiha adalah surah yang saya ikuti ketika
imam masjidil haram membacanya. Saya tak kuasa mengucapkan surah itu. Yang ada
cuma air mata dan kata-kata dari bibirku yang gemetar ”Allahu Akbar” ya Allah.
Inilah puncak getaran dalam hatiku yang paling dalam.
Ditengah tangis yang tulus, terucap dari bibirku ”Allahu Akbar,
Ya Allah kapan saya mengunjungi KabahMu”, ”Allahu Akbar, Ya Allah ampuni saya
dan berikan rejekimu mendatangi KabahMu” dua kalimat itulah yang terus berulang
kali saya ucap sambil melihat layar kaca yang disertai dengan linangan air
mata.
Luluh lantah. Lunglai menggorogoti sekujur tubuhku. Lemas,
pasrah dan sejuta kegundahan. Allah Maha Besar pemilik Alam raya ini dan segala
isinya.
Ditengah kegundahan malam itu, terbetik niat tulus dari dalam
hatiku yang paling dalam, ”Ya Allah mudahkan jalanku untuk menuju KabahMu.
Allahu Akbar”
Malam itu juga lahirlah tekad saya dalam satu niat untuk membuka
tabungan agar bisa menunaikan ibada haji kapan saja Allah SWT ridhoi.
Malam itu seluruh aktivitas saya di depan layar kaca,
saya”bungkus” rapat-rapat dan tidak menceritakan kepada siapa-siapa. Termasuk
istri. Dan hingga saat ini istripun tidak tahu.
Keesokan harinya saya buka tabungan khusus sebagai awal upaya
untuk membiayai ONH. Saldo awal yang saya
setor Cuma 250 ribu. Dalam benak saya kapanpun cukupnya baru saya melakukan
ibadah haji.
Hari berjalan, bulan berjalan, saldo tabungan saya tidak
bertambah. Untuk membuat hati saya tetap semangat menuaikan ibada haji, saya mencoba
mendirikan sholat tahajjud. Sholat tahajud saya lakukan tiap malam. Awalnya
memang berat. Tapi seminggu kemudian terasa ada yang membangunkan setiap pukul
01.00 dinihari.
Shalat tahajjud saya lakukan cuma dua rakaat. Bacaannyapun cuma
Alfatiha, al-kaafiruun untuk rakaat pertama. Alfatiha, al-ikhlash bacaan rakaat
kedua. Lalu doa. Doa yang saya sampaikan cuma satu, ”Ya Allah berikanlah
rejekimu dan mudahkanlah hambamu mengjunjungi kabahMu, Amin” Doa ini saya
sampaikan kepada Tuhan pencipta alam semesta dalam bahasa indonesia. Shalat
tahajjudku tanpa diakhiri dengan dengan sholat witir.
Doa ini saya ulang setiap habis sholat tahajjud. Dari perkiraan
perhitungan waktu, sholat tahajjudku sudah tujuh hari secara berturut-turut
berlangsung. Saya tidak berhenti sampai disitu. Sholat tahajjud dan doa saya
lakukan hingga tak terasa sudah memasuki tiga bulan.
Pada bulan keempat, harinya saya lupa persis, tapi kala itu
adalah waktu kerja. Waktu kerja di kantor saya adalah 5 hari seminggu, sabtu
dan minggu adalah hari libur. Ketika saya pulang dari kantor sekitar pukul
17.30 waktu merauke, saya kaget ada catatan dekat telepon.
”apa ini?” tanya saya kepada istri. ”tidak tahu, tadi ada
yang telepon dari makasar suruh siapkan bulpen, kertas dan saya disuruh mencatat”
ungkap istri saya.
Catatan yang dibuat istri saya dekat telepon itu bertuliskan pas
photo 4×6, 3×4 dan sebagainya dalam jumlah yang banyak untuk disiapkan.
Makasar adalah tempat kantor pusat saya bekerja. Karena
penasaran dengan catatan itu, saya bermaksud menanyakan keesokan harinya kepada
bagian SDM ditempat saya bekerja. Malam itu saya lagi-lagi melakukan sholat
tahajjud dengan doa seperti diatas.
Keesokan harinya sebelum memulai aktivitas di kantor, saya
mencoba menemui kepala bagian SDM di tempat saya bekerja.
”pak, saya mau tanya sesuatu apakah ada waktu”
kataku. ”boleh, silakan apa yang ingin ditanyakan” jawab kabag SDM Telkom
Meraukei, Hasto Kuncana.
”ini ada catatan yang dibuat istri saya, katanya dari kantor
pusat di makassar” sambil saya menunjukkan catatan yang berisi pas photo dengan
berbagai ukuran dan jumlah eksplar yang diminta.
Tak ada kata jawaban Bpk Hasto Kuncana sebagai kabag SDM Telkom
Merauke, tapi dia langsung mengulurkan tangan dengan tawaran salam jabatan
tangan. Saya pun sambut dengan erat berjabat tangan itu. Saat berjabat tangan
kabag SDM Telkom Merauke menatap mata saya dengan raut wajah yang cerah sembil
berucap
”selamat, anda mendapat penghargaan haji dari perusahaan”
”Allahu Akbar… Allahu Akbar…Allahu Akbar” teriakku keras dengan
gelinangan air mata. Saya langsung sujud syukur dihadapan kabag SDM, dalam
sujud syukur saya pun menyampaikan ungkapan syukur hingga lantai basah dengan
genangan air mataku.
Sungguh luar biasa. Sungguh terharu. Bermodalkan sholat tahajjud
yang ikhlas dan doa yang lugu, saya dan istri telah diberi nikmat untuk bisa
menunaikan ibadah haji. Seluruh biaya dan fasilitas selama menunaikan ibadah
haji diberikan oleh perusahaan. Terima kasih ya Allah, Engkau Maha
Mengetahui.
(1) Hai orang yang berselimut (Muhammad), (2) bangunlah (untuk
sembahyang) di malam hari, kecuali sedikit (daripadanya), (3) (yaitu)
seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu sedikit, (4) atau lebih dari
seperdua itu. Dan bacalah Al Qur’an itu dengan perlahan-lahan. (5) Sesungguhnya
Kami akan menurunkan kepadamu perkataan yang berat. (6) Sesungguhnya bangun di
waktu malam adalah lebih tepat (untuk khusyuk) dan bacaan di waktu itu lebih
berkesan. (7) Sesungguhnya kamu pada siang hari mempunyai urusan yang panjang
(banyak). (8) Sebutlah nama Tuhanmu, dan beribadahlah kepada-Nya dengan penuh
ketekunan. (9) Dia-lah Tuhan masyrik dan magrib, tiada Tuhan (yang berhak
disembah) melainkan Dia, maka ambillah Dia sebagai pelindung. (QS. Al-Muzammil
: 1 – 9)
1 komentar :
maha besar allah...
nice artikel good job...
Post a Comment
Terimakasih banyak atas kunjungannya